Selasa, 21 Februari 2012

Cerpen Tanpa Judul


Dengan diiringi Nona pemilik café ini, aku turun ke bawah untuk diperkenalkan dengan pegawai lainnya dan mengambil seragam baruku. Kulihat tadi seragam para karyawannya lucu-lucu! Aku akan mendapatkan teman baru. Ah…, semoga tak seperti teman-temanku yang lain. Tak pernah mau memperdulikan aku. Lupakan! Mungkin saja di sini tidak seperti itu. Aku harap…begitu. Seluruh karyawan dikumpulkan untuk upacara penyambutan karyawan baru. Aku jadi nervous.
Semuanya berbaris rapi dan tersenyum kepadaku. Aku senang sekali, kuharap senyum itu tak palsu. “Baiklah semuanya, hari ini kita mendapatkan keluarga baru. Namanya Cera Cerebrum, kalian cukup memanggilnya Cera”, jelas Nona pemilik café. Aku berkata dengan tersenyum pula,”Senang sekali bisa bergabung di sini. Mohon kerjasamanya”. “Sekarang, kembalilah bekerja. Jangan lupa tunjukkan kepada Cera cara-caranya! Kalau ada sesuatu, aku akan ada di ruanganku”, ujar Nona pemilik café sambil berbalik pergi.
Seluruh karyawan menghampiriku. Salah satu karyawan membawa sesuatu dan berkata,”Namaku Natasya Sun, panggil Tasya saja. Ini! Seragam untuk hari Senin yang resmi!”. “Salam kenal, terima kasih”, ujarku senang. Ada satu karyawan lagi membawa sesuatu dan berkata,”Aku Torin Namaste, panggil saja Torin. Ini, seragam untuk hari Selasa yang ceria”. “Salam kenal, terima kasih”, ujarku senang. Ada lagi karyawan yang membawa sesuatu dan berkata,”Aku Mika Jamaika, panggil saja Mika. Aku bawakan seragam untuk hari Rabu yang gelap”.
“Salam kenal! Terima kasih”, ujarku bertambah senang. Satu karyawan lagi datang membawakan sesuatu yang sepertinya seragam hari Kamis dan berkata,”Namaku Billy Bluesea, panggil Billy saja. Kubawakan seragam hari Kamis yang simple untukmu”. “Ya, salam kenal. Terima kasih Billy”, ujarku senang. Ada lagi karyawan yang datang membawa sesuatu dan berkata,”Aku Bastian Oldone, kau bisa memanggilku Bastian saja. Seragam hari Jum’at yang special kubawakan untukmu”. “Wah! Terima kasih, salam kenal juga Bastian”, ujarku senang.
Ada lagi yang datang membawa seragam selanjutnya dan berkata,”Aku Nami Tamania, panggil saja Nami! Seragam hari Sabtu yang santai ini hanya untukmu”. “Terima kasih Nami, salam kenal juga”, ujarku senang. Ada lagi yang datang dan berkata,”Ini seragam hari Minggumu yang lucu. Namaku Tiffany Magdalena”. “Terima kasih, Tiffany”, ujarku. Ada lagi yang datang dan berkata,”Ini seragam tahun barumu yang penuh warna. Namaku Justin Greenland, salam kenal”. “Salam kenal juga Justin, terima kasih”, ujarku.
Wah! Seragamnya banyak! Lucu-lucu lagi. Ada lagi yang datang dan berkata,”Ini seragam untuk hari Valentine yang romantis, kenalkan Rosa Monalisa”. “Salam kenal Rosa, terima kasih”, ujar ku dengan senang. Ada lagi yang datang dan berkata,”Namaku Rei Kirisaki, panggil saja Rei. Seragam White Day yang tulus untukmu”. “Ah, terima kasih. Salam kenal Rei”, balasku senang.
Ada lagi yang datang dan berkata,”Hai, ada seragam dari beberapa agama. Pilihlah sesuai dengan agama yang kamu anut, Cera. Kenalkan, Jade Halcyon. Biar kujelaskan sedikit, semua yang ada di sini muslim”.”Terima kasih atas penjelasannya Jade. Aku akan memilih seragam muslim”, ujarku senang. Waw! Nama mereka aneh-aneh, tapi ternyata muslim sama sepertiku. Ehehehe! Ada lagi yang datang dan berkata,”Aku bawakan seragam kemerdekaan Negara kita. Haris Dalton”. “Ow, terima kasih Haris”, ujarku senang.
Tiba-tiba Rosa datang dengan membawa beberapa baju, bukan seragam tetapi baju dan berkata,”Ah, hampir lupa. Di sini ada asramanya, ada juga pakaian gantinya. Ada pakaian tidur, santai, jalan-jalan, dan lainnya kalau kau ingin tinggal di asramanya”. “Apa? Asrama? Kelihatannya menyenangan sekali! Terima kasih”, ujarku senang. Semuanya berkata,”Sama-sama Cera”. “Kalian baik sekali. Aku mohon, bimbinglah aku teman-teman”, ujarku sambil menunduk. Semuanya tersenyum, Billy berkata,”Tentu saja Cera, kita kan keluarga di sini”.
Aku sangat senang sekali, meski sambutannya kecil-kecilan dan mendadak, aku senang. Karena aku merasakan suatu kenyamanan saat bersama mereka semua. Apalagi saat bersama Nona Kiku, beliau sudah seperti kakak bagiku. Asrama? Mungkin inilah jawaban atas keinginanku kabur dari rumah selama ini. Apa aku boleh tinggal di asrama? Kalau boleh, mungkin aku akan betah dan tak akan kembali dan melihat orang-orang dan segala sesuatu mereka yang tak ingin lagi aku lihat. Oh, Tuhan! Bantulah aku, tuntunlah aku selalu pada jalanmu. Izinkanlah aku melakukannya, aku ingin pergi dari rumah.

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar