Dengan
diiringi Nona pemilik café ini, aku turun ke bawah untuk diperkenalkan dengan
pegawai lainnya dan mengambil seragam baruku. Kulihat tadi seragam para
karyawannya lucu-lucu! Aku akan mendapatkan teman baru. Ah…, semoga tak seperti
teman-temanku yang lain. Tak pernah mau memperdulikan aku. Lupakan! Mungkin
saja di sini tidak seperti itu. Aku harap…begitu. Seluruh karyawan dikumpulkan
untuk upacara penyambutan karyawan baru. Aku jadi nervous.
Semuanya
berbaris rapi dan tersenyum kepadaku. Aku senang sekali, kuharap senyum itu tak
palsu. “Baiklah semuanya, hari ini kita mendapatkan keluarga baru. Namanya Cera
Cerebrum, kalian cukup memanggilnya Cera”, jelas Nona pemilik café. Aku berkata
dengan tersenyum pula,”Senang sekali bisa bergabung di sini. Mohon kerjasamanya”.
“Sekarang, kembalilah bekerja. Jangan lupa tunjukkan kepada Cera cara-caranya!
Kalau ada sesuatu, aku akan ada di ruanganku”, ujar Nona pemilik café sambil
berbalik pergi.
Seluruh
karyawan menghampiriku. Salah satu karyawan membawa sesuatu dan berkata,”Namaku
Natasya Sun, panggil Tasya saja.
Ini! Seragam untuk hari Senin yang resmi!”. “Salam kenal, terima kasih”, ujarku
senang. Ada
satu karyawan lagi membawa sesuatu dan berkata,”Aku Torin Namaste, panggil saja Torin. Ini, seragam untuk hari Selasa
yang ceria”. “Salam kenal, terima kasih”, ujarku senang. Ada lagi karyawan yang membawa sesuatu dan
berkata,”Aku Mika Jamaika, panggil
saja Mika. Aku bawakan seragam untuk hari Rabu yang gelap”.
“Salam kenal!
Terima kasih”, ujarku bertambah senang. Satu karyawan lagi datang membawakan
sesuatu yang sepertinya seragam hari Kamis dan berkata,”Namaku Billy Bluesea, panggil Billy saja.
Kubawakan seragam hari Kamis yang simple untukmu”. “Ya, salam kenal. Terima
kasih Billy”, ujarku senang. Ada
lagi karyawan yang datang membawa sesuatu dan berkata,”Aku Bastian Oldone, kau bisa memanggilku Bastian saja. Seragam hari
Jum’at yang special kubawakan untukmu”. “Wah! Terima kasih, salam kenal juga
Bastian”, ujarku senang.
Wah!
Seragamnya banyak! Lucu-lucu lagi. Ada
lagi yang datang dan berkata,”Ini seragam untuk hari Valentine yang romantis,
kenalkan Rosa Monalisa”. “Salam
kenal Rosa , terima kasih”, ujar ku dengan
senang. Ada
lagi yang datang dan berkata,”Namaku Rei
Kirisaki, panggil saja Rei. Seragam White Day yang tulus untukmu”. “Ah,
terima kasih. Salam kenal Rei”, balasku senang.
Tiba-tiba Rosa datang dengan membawa beberapa baju, bukan seragam
tetapi baju dan berkata,”Ah, hampir lupa. Di sini ada asramanya, ada juga
pakaian gantinya. Ada
pakaian tidur, santai, jalan-jalan, dan lainnya kalau kau ingin tinggal di
asramanya”. “Apa? Asrama? Kelihatannya menyenangan sekali! Terima kasih”,
ujarku senang. Semuanya berkata,”Sama-sama Cera”. “Kalian baik sekali. Aku
mohon, bimbinglah aku teman-teman”, ujarku sambil menunduk. Semuanya tersenyum,
Billy berkata,”Tentu saja Cera, kita kan
keluarga di sini”.
Aku sangat
senang sekali, meski sambutannya kecil-kecilan dan mendadak, aku senang. Karena
aku merasakan suatu kenyamanan saat bersama mereka semua. Apalagi saat bersama
Nona Kiku, beliau sudah seperti kakak bagiku. Asrama? Mungkin inilah jawaban
atas keinginanku kabur dari rumah selama ini. Apa aku boleh tinggal di asrama?
Kalau boleh, mungkin aku akan betah dan tak akan kembali dan melihat
orang-orang dan segala sesuatu mereka yang tak ingin lagi aku lihat. Oh, Tuhan!
Bantulah aku, tuntunlah aku selalu pada jalanmu. Izinkanlah aku melakukannya,
aku ingin pergi dari rumah.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar