Jumat, 10 Februari 2012

Karma


Jangan membuang sesuatu jikalau kau tak ingin dibuang pula.

Sejak pandangan pertama, Juli telah menyukai Ghani. Saat itu, pertemuan mereka itu seakan-akan memang telah ditakdirkan. Pertemuan itu terjadi di pintu Masjid ketika istirahat siang. Saat itu, dengan santai mereka berdua berjalan dari arah yang berlawanan menuju pintu masuk masjid dalam keadaan keduanya telah bersuci. Tiba-tiba, kancing lengan mereka berdua tersangkut satu sama lain. “Eh?”, seru mereka berdua serentak. Ghani berkata,”Aduh! Nyangkut lagi!”. Ghani berusaha menarik dan kancing bajunya pun putus. “Aduh!”, seru mereka berdua yang saling terdorong satu sama lain. Juli yang melihat kancing Ghani yang lepas, memungutnya. “Maaf”, ujar Ghani kepada Juli.
Juli berkata sambil menyerahkan kancing lengan Ghani,”Tak apa, ini kancingmu. Tadi terjatuh”. “Terima kasih”, balas Ghani lagi dengan cuek. Semenjak pertemuan pertama itulah Juli jadi suka kepada Ghani. Pada awalnya, Juli belum pernah melihat Ghani sebelumnya. Dengan bertanya sana-sini, akhirnya Juli tahu tentang Ghani. Sampai sekarang pun masih tetap begitu. Akan tetapi, Juli tak berani mengungkapkan isi hatinya. Ia tak punya keberanian untuk itu. Dan lagi pula, aneh baginya jikalau seorang cewe’ nembak seorang cowo’. Karena suka, otomatis Juli akan mencari tahu tentang kebiasaan, tempat nongkrong, dan sebagainya tentang Ghani.
Mereka yang awalnya jarang bertemu, malah jadi sering ketemu. Juli sih senang-senang saja, sayangnya lain dengan Ghani. Ghani malah cuek-cuek saja sama Juli. Padahal semua orang di sekolah dengan mudahnya membaca wajah Juli yang sedang falling in love dengan si Ghani. Entah si Ghani itu bisa membaca juga atau tidak, yang jelas dia hanya bersikap cuek dan biasa saja dengan Juli. Suatu hari, Juli sedang lewat di depan ruang kelas Ghani. Dari luar, terdengarlah percakapan Ghani dan teman-temannya oelh Juli. Doni teman Ghani menyindir,”Eh Ghani! Cewe’ kelas khusus itu kelihatannya suka sama kamu”. “Apa sih? Biasa aja kali”, bantah Ghani. Budi berkata,”Ah, kamu ini! Masa’ gak bisa membaca wajahnya sih? Kelihatan banget kalau dia tu suka ama kamu”.
“Apa lah kalian, ni? Biarin aja dia suka sama aku, aku gak suka sama dia. Aku gak punya feel sama dia”, omong Ghani dengan santainya. Juli yang mendengar kata-kata itu, merasa sangat sedih. Dia mundur dan menjauh dari kelas itu, setelah cukup jauh, dia pun berlari. Di dalam hati, Juli bergumam,”Ternyata, dia tidak menyukaiku. Bahkan dengan terang-terangan dia berkata seperti itu kepada teman-temannya. Dia…benar-benar tak menyukaiku…, ternyata…semua yang kulakukan selama ini sia-sia! Aku hanya mengharapkan sesuatu yang sia-sia. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sangat menyukainya, tapi dia tak menyukaiku. Apa? Apa yang harus aku lakukan?”.
Walau tahu kalau Ghani tidak menyukainya namun, berat bagi Juli untuk melupakan Ghani saking sukanya Juli kepada Ghani. Esoknya, Juli masih bingung memikirkan soal Ghani. Karena Juli telah tahu bagaimana perasaan Ghani kepadanya, ada niat di hati Juli untuk melupakan Ghani. Akan tetapi, susah sekali untuk Juli melupakan Ghani. Sampai saat pulang pun, Juli masih bingung. Saat berjalan di lorong sekolah, tak sengaja dari jauh terlihat Ghani dengan seorang anak perempuan sedang berbicara. Kelihatannya mereka berdua serius sekali. Setelah dilihat-lihat, ternyata anak perempuan itu adalah April. Yah, gossipnya Ghani menyukai April dan April pun juga begitu.
Karena hanya gossip, Juli tak terlalu menyimpannya di dalam hati. Tapi ternyata, mungkin gossip itu benar. Wajah Ghani dan April terlihat sama-sama merah. Sepertinya, Ghani sedang menembak April. “BRUAK!!!”, “DUAR!!!” begitulah mungkin kira-kira gambaran perasaan Juli yang hancur lebur saat itu juga. Rasanya, Juli ingin menangis sehisteris mungkin melihat Ghani dan April. Enggan rasa hatinya yang ingin melewati lorong satu-satunya yang menuju pintu gerbang itu. Karena itu, Juli memutuskan untuk menunggui mereka berdua. Akan tetapi, Ghani dan April itu lama sekali. Sambil menahan kesedihan yang luar biasa, Juli bersembunyi menunggu mereka berdua.
Setelah beberapa lama, akhirnya Ghani dan April selesai dengan penutupan pegangan tangan yang dengan tak sengaja terlihat oleh Juli. “PRANG”, bunyi sesuatu yang pecah di dalam hati Juli. Juli berusaha menahan tangisnya. Tanpa diduga, Ghani malah berjalan ke arah di mana Juli bersembunyi. Ghani pun mengagetkan Juli yang sedang bersembunyi dan takut ketahuan,”Sedang apa kamu di sini?”. “Ah.., um…., aku….”, jawab Juli dengan wajah ketakutan karena sudah ketahuan. Dengan wajah malas luar biasa Ghani berkata,”Tak perlu membututiku terus, aku tidak suka padamu! Lagi pula aku sudah jadian sama April. Kamu jika dibandingkan dengan April itu jauh! Hentikan sikapmu yang selalu membututiku, itu menyebalkan tau!”.
Juli terdiam, tak ada yang dapat dia katakan lagi. Kepalanya tertunduk, air matanya mengalir deras tanpa ada suara dari bibirnya. Sementara Ghani, pergi tanpa merasa berdosa sedikitpun. Setelah Ghani pergi, Juli terduduk dan tangannya menutupi wajahnya yang berlinang air mata. Dan dengan suara isaknya, ia menangis sejadi-jadinya. Sakit sekali hatinya karena perkataan Ghani yang begitu kasar. Sedih dan rasa penyesalan Juli bercampur aduk menjadi satu. Ia sangat menyesal karena ia pernah menyukai seorang cowo’ seperti Ghani. Begitu hancur hatinya sampai air matanya terasa tak habis mengalir di pipinya. Lama Juli menangis di sana, hanya terduduk diam dan menagis terus-terusan.
Tak beberapa lama kemudian, Juli berhenti menangis dan menetapkan kalau Ghani bukanlah cowo’ yang baik dan Juli harus melupakannya. Dengan keyakinan hati yang semakin mantap, Juli terus berusaha melupakan Ghani. Dan, akhirnya dalam waktu singkat Juli sudah dapat melupakan Ghani. Di hati Juli tak ada tempat special lagi untuk Ghani. Di mata Juli, Ghani hanyalah anak laki-laki biasa. Juli berhasil! Namun, sejak Ghani dan April jadian, proses hubungan mereka selalu tak sengaja diketahui oleh Juli secara langsung. Juli santai saja karena Juli sudah tak peduli lagi dengan itu. Seperti kali ini, saat istirahat, Juli yang melewati taman sekolah tak sengaja melihat dan mendengar percakapan Ghani dan April yang sedang berduaan dan membicarakan kencan mereka yang telah kesekian kalinya.
Yang dibicarakan Ghani dan April itu selalu itu-itu saja. Paling kalau pembicaraan baru mereka ya…kencan mereka itulah. Sampai-sampai Juli bosan mendengar pembicaraan tersebut. Dengan santai, Juli berlalu begitu saja dari sana. Dan seminggu yang lalu, di gerbang sekolah, tak sengaja lagi Juli melihat Ghani dan April yang sepertinya akan pergi kencan bersama. Pemandangan itu tak pernah sekalipun mengusik Juli. Sudah hampir 3 bulan hubungan Ghani dan April berjalan, kelihatannya hubungan mereka lancar-lancar saja.
Suatu hari, terlihat ada perubahan pada April. April yang biasanya berbinar-binar matanya dan merah mukanya kalau bertemu dengan Ghani menjadi biasa-biasa saja saat bertemu dengan Ghani pagi ini. Juli yang selalu melihat perkembangan hubungan mereka secara tidak sengaja, menjadi bingung atas tingkah April yang berubah. Saat bertemu dengan Ghani, tak satupun senyum tulus April muncul darinya. Yang ada hanyalah senyum palsu yang manisnya terasa tawar saat dilihat. Awalnya, Ghani terlihat seperti biasa saja, tetap senyum dan perhatian kepada April. Akan tetapi, karena sikap aneh April berlangsung terus-terusan, mulailah muncul kekecewaan di mata Ghani.
Sepertinya Ghani kecewa sekali kepada sikap April yang berubah derastis itu. Ghani terlihat seperti menderita, sangat menderita. Juli yang melihat seluruh kejadian itu menjadi kasihan kepada Ghani. Di mata Juli, Ghani seperti mulai dicampakkan oleh April. Sosok Ghani yang dulunya luar biasa, menjadi sangat menyedihkan sekarang. Hubungan mereka berdua mungkin tak akan lama lagi. Juli menjadi sangat kasihan kepada Ghani. Saat pulang, tak sengaja Juli melihat Ghani sedang berjalan sendirian dan April menuju ke halaman belakang sekolah setelah melihat Ghani pergi. Juli yang melihat gelagat aneh dari April, secara diam-diam langsung mengikuti April.
Ternyata, di halaman belakang sekolah, telah menunggu seorang anak laki-laki yang memang murid sini dan berbeda kelas dengan April. Dengan wajah cerianya, April berlari menuju ke arah anak laki-laki itu dan mereka berdua pergi dari sana sambil berpegangan tangan. “Jangan-jangan…, itu adalah pacar barunya April. Kalau begitu…, kasihan sekali Ghani. Ghani diduakan”, gumam Juli dalam hati dengan rasa iba yang terus bertambah. Juli merasa iba kepada Ghani, namun…, perasaan sukanya benar-benar telah lenyap kepada Ghani. Perselingkuhan April berlangsung terus menerus dan membuat Ghani terlihat semakin menderita dan menyedihkan.
Sepertinya, Ghani benar-benar telah dibuang mentah-mentah oleh April. Suatu hari, akhirnya Ghani pun tahu soal perselingkuhan April dan untuk menutupi kesalahannya, tanpa merasa berdosa April memutuskan hubungannya di depan selingkuhannya dan tak sengaja pula terlihat oleh Juli. Saat itu, Ghani hancur. Sama seperti saat Juli merasa hancur karena telah ditolak mentah-mentah oleh Ghani dulu. Mungkin itulah yang dinamakan karma. Maka dari itu, kita sebagai manusia jangan sombong, nanti balasan dari Tuhan akan datang kepada kita. Mungkin itulah yang terjadi kepada Ghani sekarang, kasihan sekali dia.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar