Jangan membuang sesuatu jikalau kau tak ingin dibuang pula.
Sejak
pandangan pertama, Juli telah menyukai Ghani. Saat itu, pertemuan mereka itu
seakan-akan memang telah ditakdirkan. Pertemuan itu terjadi di pintu Masjid
ketika istirahat siang. Saat itu, dengan santai mereka berdua berjalan dari
arah yang berlawanan menuju pintu masuk masjid dalam keadaan keduanya telah
bersuci. Tiba-tiba, kancing lengan mereka berdua tersangkut satu sama lain.
“Eh?”, seru mereka berdua serentak. Ghani berkata,”Aduh! Nyangkut lagi!”. Ghani
berusaha menarik dan kancing bajunya pun putus. “Aduh!”, seru mereka berdua
yang saling terdorong satu sama lain. Juli yang melihat kancing Ghani yang
lepas, memungutnya. “Maaf”, ujar Ghani kepada Juli.
Juli berkata
sambil menyerahkan kancing lengan Ghani,”Tak apa, ini kancingmu. Tadi
terjatuh”. “Terima kasih”, balas Ghani lagi dengan cuek. Semenjak pertemuan
pertama itulah Juli jadi suka kepada Ghani. Pada awalnya, Juli belum pernah
melihat Ghani sebelumnya. Dengan bertanya sana-sini, akhirnya Juli tahu tentang
Ghani. Sampai sekarang pun masih tetap begitu. Akan tetapi, Juli tak berani
mengungkapkan isi hatinya. Ia tak punya keberanian untuk itu. Dan lagi pula,
aneh baginya jikalau seorang cewe’ nembak seorang cowo’. Karena suka, otomatis
Juli akan mencari tahu tentang kebiasaan, tempat nongkrong, dan sebagainya
tentang Ghani.
Mereka yang
awalnya jarang bertemu, malah jadi sering ketemu. Juli sih senang-senang saja,
sayangnya lain dengan Ghani. Ghani malah cuek-cuek saja sama Juli. Padahal semua
orang di sekolah dengan mudahnya membaca wajah Juli yang sedang falling in love
dengan si Ghani. Entah si Ghani itu bisa membaca juga atau tidak, yang jelas
dia hanya bersikap cuek dan biasa saja dengan Juli. Suatu hari, Juli sedang
lewat di depan ruang kelas Ghani. Dari luar, terdengarlah percakapan Ghani dan
teman-temannya oelh Juli. Doni teman Ghani menyindir,”Eh Ghani! Cewe’ kelas
khusus itu kelihatannya suka sama kamu”. “Apa sih? Biasa aja kali”, bantah
Ghani. Budi berkata,”Ah, kamu ini! Masa’ gak bisa membaca wajahnya sih?
Kelihatan banget kalau dia tu suka ama kamu”.
“Apa lah
kalian, ni? Biarin aja dia suka sama aku, aku gak suka sama dia. Aku gak punya
feel sama dia”, omong Ghani dengan santainya. Juli yang mendengar kata-kata
itu, merasa sangat sedih. Dia mundur dan menjauh dari kelas itu, setelah cukup
jauh, dia pun berlari. Di dalam hati, Juli bergumam,”Ternyata, dia tidak
menyukaiku. Bahkan dengan terang-terangan dia berkata seperti itu kepada
teman-temannya. Dia…benar-benar tak menyukaiku…, ternyata…semua yang kulakukan
selama ini sia-sia! Aku hanya mengharapkan sesuatu yang sia-sia. Apa yang harus
aku lakukan sekarang? Aku sangat menyukainya, tapi dia tak menyukaiku. Apa? Apa
yang harus aku lakukan?”.
Walau tahu
kalau Ghani tidak menyukainya namun, berat bagi Juli untuk melupakan Ghani
saking sukanya Juli kepada Ghani. Esoknya, Juli masih bingung memikirkan soal
Ghani. Karena Juli telah tahu bagaimana perasaan Ghani kepadanya, ada niat di
hati Juli untuk melupakan Ghani. Akan tetapi, susah sekali untuk Juli melupakan
Ghani. Sampai saat pulang pun, Juli masih bingung. Saat berjalan di lorong
sekolah, tak sengaja dari jauh terlihat Ghani dengan seorang anak perempuan
sedang berbicara. Kelihatannya mereka berdua serius sekali. Setelah dilihat-lihat,
ternyata anak perempuan itu adalah April. Yah, gossipnya Ghani menyukai April
dan April pun juga begitu.
Karena hanya
gossip, Juli tak terlalu menyimpannya di dalam hati. Tapi ternyata, mungkin
gossip itu benar. Wajah Ghani dan April terlihat sama-sama merah. Sepertinya,
Ghani sedang menembak April. “BRUAK!!!”, “DUAR!!!” begitulah mungkin kira-kira
gambaran perasaan Juli yang hancur lebur saat itu juga. Rasanya, Juli ingin
menangis sehisteris mungkin melihat Ghani dan April. Enggan rasa hatinya yang
ingin melewati lorong satu-satunya yang menuju pintu gerbang itu. Karena itu,
Juli memutuskan untuk menunggui mereka berdua. Akan tetapi, Ghani dan April itu
lama sekali. Sambil menahan kesedihan yang luar biasa, Juli bersembunyi
menunggu mereka berdua.
Setelah
beberapa lama, akhirnya Ghani dan April selesai dengan penutupan pegangan
tangan yang dengan tak sengaja terlihat oleh Juli. “PRANG”, bunyi sesuatu yang
pecah di dalam hati Juli. Juli berusaha menahan tangisnya. Tanpa diduga, Ghani
malah berjalan ke arah di mana Juli bersembunyi. Ghani pun mengagetkan Juli
yang sedang bersembunyi dan takut ketahuan,”Sedang apa kamu di sini?”. “Ah..,
um…., aku….”, jawab Juli dengan wajah ketakutan karena sudah ketahuan. Dengan
wajah malas luar biasa Ghani berkata,”Tak perlu membututiku terus, aku tidak
suka padamu! Lagi pula aku sudah jadian sama April. Kamu jika dibandingkan
dengan April itu jauh! Hentikan sikapmu yang selalu membututiku, itu
menyebalkan tau!”.
Juli terdiam,
tak ada yang dapat dia katakan lagi. Kepalanya tertunduk, air matanya mengalir
deras tanpa ada suara dari bibirnya. Sementara Ghani, pergi tanpa merasa
berdosa sedikitpun. Setelah Ghani pergi, Juli terduduk dan tangannya menutupi
wajahnya yang berlinang air mata. Dan dengan suara isaknya, ia menangis sejadi-jadinya.
Sakit sekali hatinya karena perkataan Ghani yang begitu kasar. Sedih dan rasa
penyesalan Juli bercampur aduk menjadi satu. Ia sangat menyesal karena ia
pernah menyukai seorang cowo’ seperti Ghani. Begitu hancur hatinya sampai air matanya
terasa tak habis mengalir di pipinya. Lama Juli menangis di sana , hanya terduduk diam dan menagis
terus-terusan.
Tak beberapa
lama kemudian, Juli berhenti menangis dan menetapkan kalau Ghani bukanlah cowo’
yang baik dan Juli harus melupakannya. Dengan keyakinan hati yang semakin
mantap, Juli terus berusaha melupakan Ghani. Dan, akhirnya dalam waktu singkat
Juli sudah dapat melupakan Ghani. Di hati Juli tak ada tempat special lagi
untuk Ghani. Di mata Juli, Ghani hanyalah anak laki-laki biasa. Juli berhasil!
Namun, sejak Ghani dan April jadian, proses hubungan mereka selalu tak sengaja
diketahui oleh Juli secara langsung. Juli santai saja karena Juli sudah tak
peduli lagi dengan itu. Seperti kali ini, saat istirahat, Juli yang melewati
taman sekolah tak sengaja melihat dan mendengar percakapan Ghani dan April yang
sedang berduaan dan membicarakan kencan mereka yang telah kesekian kalinya.
Yang
dibicarakan Ghani dan April itu selalu itu-itu saja. Paling kalau pembicaraan
baru mereka ya…kencan mereka itulah. Sampai-sampai Juli bosan mendengar
pembicaraan tersebut. Dengan santai, Juli berlalu begitu saja dari sana . Dan seminggu yang
lalu, di gerbang sekolah, tak sengaja lagi Juli melihat Ghani dan April yang
sepertinya akan pergi kencan bersama. Pemandangan itu tak pernah sekalipun
mengusik Juli. Sudah hampir 3 bulan hubungan Ghani dan April berjalan,
kelihatannya hubungan mereka lancar-lancar saja.
Suatu hari,
terlihat ada perubahan pada April. April yang biasanya berbinar-binar matanya
dan merah mukanya kalau bertemu dengan Ghani menjadi biasa-biasa saja saat
bertemu dengan Ghani pagi ini. Juli yang selalu melihat perkembangan hubungan
mereka secara tidak sengaja, menjadi bingung atas tingkah April yang berubah.
Saat bertemu dengan Ghani, tak satupun senyum tulus April muncul darinya. Yang
ada hanyalah senyum palsu yang manisnya terasa tawar saat dilihat. Awalnya,
Ghani terlihat seperti biasa saja, tetap senyum dan perhatian kepada April.
Akan tetapi, karena sikap aneh April berlangsung terus-terusan, mulailah muncul
kekecewaan di mata Ghani.
Sepertinya
Ghani kecewa sekali kepada sikap April yang berubah derastis itu. Ghani
terlihat seperti menderita, sangat menderita. Juli yang melihat seluruh
kejadian itu menjadi kasihan kepada Ghani. Di mata Juli, Ghani seperti mulai
dicampakkan oleh April. Sosok Ghani yang dulunya luar biasa, menjadi sangat
menyedihkan sekarang. Hubungan mereka berdua mungkin tak akan lama lagi. Juli
menjadi sangat kasihan kepada Ghani. Saat pulang, tak sengaja Juli melihat
Ghani sedang berjalan sendirian dan April menuju ke halaman belakang sekolah
setelah melihat Ghani pergi. Juli yang melihat gelagat aneh dari April, secara
diam-diam langsung mengikuti April.
Ternyata, di
halaman belakang sekolah, telah menunggu seorang anak laki-laki yang memang murid
sini dan berbeda kelas dengan April. Dengan wajah cerianya, April berlari
menuju ke arah anak laki-laki itu dan mereka berdua pergi dari sana sambil berpegangan
tangan. “Jangan-jangan…, itu adalah pacar barunya April. Kalau begitu…, kasihan
sekali Ghani. Ghani diduakan”, gumam Juli dalam hati dengan rasa iba yang terus
bertambah. Juli merasa iba kepada Ghani, namun…, perasaan sukanya benar-benar
telah lenyap kepada Ghani. Perselingkuhan April berlangsung terus menerus dan
membuat Ghani terlihat semakin menderita dan menyedihkan.
Sepertinya,
Ghani benar-benar telah dibuang mentah-mentah oleh April. Suatu hari, akhirnya
Ghani pun tahu soal perselingkuhan April dan untuk menutupi kesalahannya, tanpa
merasa berdosa April memutuskan hubungannya di depan selingkuhannya dan tak
sengaja pula terlihat oleh Juli. Saat itu, Ghani hancur. Sama seperti saat Juli
merasa hancur karena telah ditolak mentah-mentah oleh Ghani dulu. Mungkin
itulah yang dinamakan karma. Maka dari itu, kita sebagai manusia jangan
sombong, nanti balasan dari Tuhan akan datang kepada kita. Mungkin itulah yang
terjadi kepada Ghani sekarang, kasihan sekali dia.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar